Indonesia memiliki potensi yang besar untuk game online, baik dari sisi pasar maupun pelaku usahanya, namun dukungan pemerintah belum menyeluruh.
Arief Widhiyasa, CEO Agate Studio, Bandung, mengatakan, potensi sumber daya manusia di tanah air tak kalah bersaing, terlihat dari seringnya wakil Indonesia menjuarai sejumlah olimpiade prestisius di luar negeri.
“Demikian pula dengan pengembang game-nya, banyak pemainnya dan sudah ada sejak lama. Namun kebanyakan hidup dan mati, saling bergantian, tak ada yang serius mengelola,” katanya dalam Sosialisasi Halaman Gadget Pikiran Rakyat di CafĂ© Oh La La Dago Plaza, Jln. Ir. H. Djuanda, Bandung, Kamis (6/10).
Acara yang didukung PT Bakrie Telecom Jabar dan Atlantic Cell ini dihadiri sedikitnya 35 perwakilan dari operator seluler, vendor, dan server pulsa di seluruh Jabar serta sejumlah anggota organisasi wartawan ICT Jabar, SEBAR/Seluler Jabar.
Selain diisi sesi SEBAR Sharing Session 2011 yang menampilkan Arief Widhiyasa tersebut, kegiatan juga memaparkan konten baru di Pikiran Rakyat berupa sisipan satu halaman berjudul Gadget berisikan info dunia seluler dan teknologi informasi.
Arief melanjutkan pasar Indonesia juga demikian besarnya. Ini membuat sejumlah developer game koleganya dari Korea Selatan, Jepang, dst, sering menyatakan ketertarikanya untuk menggarap pasar di Indonesia.
Apalagi, ujar pria yang sempat mengenyam kuliah di Teknik Informatika ITB ini, pecinta game di tanah air sekarang ini makin banyak dan meluas. Bahkan, saat ini, sudah sampai pada segmen yang tidak terbayangkan sebelumnya.
“Ada kisah nyata, sepasang lansia memainkan game Angry Birds di iPad masing-masing di kamar tidurnya sampai subuh. Jadi, mereka saling bersaing mengalahkan skor, sampai bela-belain begadang,” katanya.
Bahkan, sebuah survey menyebutkan, bahwa perempuan yang memainkan permainan digital di dunia sekarang ini makin banyak dengan 40%. Yang menarik, kebanyakan yang antusias adalah perempuan yang sudah menikah.
Dengan semua gambaran tersebut, Arief menyebutkan potensi ekonomi game global kini sudah mengalahkan industri film. Dia mencontohkan game Grandtheft Auto yang berhasil membukukan pendapatan fantastis dibandingkan film Batman.
“Padahal biaya pembuatannya hampir sama, namun hasil yang diperoleh berkali-kali lipat dari film. Data tahun 2009 juga menunjukkan bahwa orang terkaya muda di Amerika urutan kedua tahun itu adalah pembuat game,” ujarnya.
Menurut Arief, semua potensi itu belum disadari sepenuhnya oleh pemerintah. Terbukti insentif belum ada, padahal negara tetangga sampai berani menawarkan modal Rp6 miliar bagi pengembang game yang mau bedol desa dan ganti warga negara.
Pemimpin Redaksi Pikiran Rakyat Budhiana Kartawijaya mengungkapkan potensi technopreneur di Bandung demikian besarnya, sebab sejumlah perguruan tinggi berbasis teknologi banyak terdapat di kota tersebut.
“Kami juga melihat belum ada wadah yang menyalurkan aspirasi pelaku ekonomi kreatif semacam Arief dan lainnya. Dengan adanya halaman Gadget, kami tentu berharap akan menumbuhkan Arief-Arief lainnya,” katanya.
[http://www.pikiran-rakyat.com/node/161026]
0 komentar:
Posting Komentar