Operator telekomunikasi Smartfren menyelesaikan proyek business support system (BSS) dan value added service (VAS) sebagai solusi migrasi layanan pascamerger antara PT Smart Telecom dan PT Mobile-8.
CEO Smartfren Rudolfo Pantoja mengatakan dengan terjadinya merger Smart Telecom dan Mobile-8, perseroan membutuhkan solusi baru dalam mengelola sistem operasional, terutama terkait dengan billing system secara terintegrasi.
Menurut dia, dalam pelaksanaan proyek itu Smartfren menunjuk ZTE untuk membantu penggabungan layanan dan pelanggan melalui platform BSS dan VAS. Solusi BSS dari ZTE sendiri termasuk OCS, CRM, layanan prabayar dan pascabayar terintegrasi.
Setelah menandatangani kerjasama pada Juni 2010, ZTE dan Smartfren mulai melakukan migrasi layanan dan pelanggan, yang diselesaikan pada 10 Oktober 2010, sedangkan migrasi jaringan Mobile-8 dilakukan pada 20 Desember.
Secara keseluruhan proyek ini dirampungkan dalam kurun 12 bulan, di mana waktu tersebut tercatat sangat cepat dalam dunia telekomunikasi, mengingat berbagai kesulitan yang dialami dalam penggabungan dua sistem yang berbeda.
“Guna memberikan layanan yang lebih efektif dan efisien kepada pelanggan, Smartfren berinisiatif menggabungkan BSS dan VAS antara Smart dan Mobile-8 yang sebelumnya berdiri sendiri. Solusi ini memungkinkan pelanggan kami sekitar 7 juta menikmati layanan dengan kualitas lebih baik,” ujarnya, hari ini.
Managing Director ZTE Indonesia Chen Jiang menuturkan dalam proyek ini pihaknya berhasil mengatasi berbagai kendala teknis untuk menggabungkan dua sistem yang berbeda menjadi satu.
“ZTE juga telah menciptakan beberapa rekor baru, seperti waktu terpendek dalam penginstalan perangkat, waktu terpendek dalam proses debug atau pengecekan kerusakan sistem dan perangkat, serta waktu terpendek dalam pengujian perangkat,” terangnya.
Menurut dia, dalam pelaksanaan proyek itu Smartfren menunjuk ZTE untuk membantu penggabungan layanan dan pelanggan melalui platform BSS dan VAS. Solusi BSS dari ZTE sendiri termasuk OCS, CRM, layanan prabayar dan pascabayar terintegrasi.
Setelah menandatangani kerjasama pada Juni 2010, ZTE dan Smartfren mulai melakukan migrasi layanan dan pelanggan, yang diselesaikan pada 10 Oktober 2010, sedangkan migrasi jaringan Mobile-8 dilakukan pada 20 Desember.
Secara keseluruhan proyek ini dirampungkan dalam kurun 12 bulan, di mana waktu tersebut tercatat sangat cepat dalam dunia telekomunikasi, mengingat berbagai kesulitan yang dialami dalam penggabungan dua sistem yang berbeda.
“Guna memberikan layanan yang lebih efektif dan efisien kepada pelanggan, Smartfren berinisiatif menggabungkan BSS dan VAS antara Smart dan Mobile-8 yang sebelumnya berdiri sendiri. Solusi ini memungkinkan pelanggan kami sekitar 7 juta menikmati layanan dengan kualitas lebih baik,” ujarnya, hari ini.
Managing Director ZTE Indonesia Chen Jiang menuturkan dalam proyek ini pihaknya berhasil mengatasi berbagai kendala teknis untuk menggabungkan dua sistem yang berbeda menjadi satu.
“ZTE juga telah menciptakan beberapa rekor baru, seperti waktu terpendek dalam penginstalan perangkat, waktu terpendek dalam proses debug atau pengecekan kerusakan sistem dan perangkat, serta waktu terpendek dalam pengujian perangkat,” terangnya.
Tingkatkan daya saing
Chief Technology Officer Smartfren Merza Fachys menyatakan penyelesaian migrasi BSS dan VAS tersebut merupakan langkah yang harus ditempuh untuk dapat bersaing dalam industri seluler di Indonesia yang sangat ketat.
Platform BSS dan VAS yang telah diselesaikan melalui solusi ZTE ini diharapkan bisa memudahkan Smartfren dalam mengelola sistem operasional dan bisnis, terutama dalam penagihan kepada pelanggan.
“Proyek ini memang sangat singkat, kami tidak boleh membuang waktu karena kompetisi seluler di Indonesia sangat ketat. Apalagi Smartfren masih menjadi pemain kecil di industri telekomunikasi, jika dibandingkan dengan operator lain yang sudah beroperasi lebih dulu,” katanya.
Merza mengungkapkan kecepatan penyelesaian proyek ini bisa terwujud karena Smartfren belum membutuhkan sistem berkapasitas sangat besar, mengingat jumlah pelanggan yang tercatat sekitar 7 juta pelanggan.
“Agar kami bisa bersaing dengan operator lain yang lebih besar, kami harus selangkah lebih maju. Tetapi itu hanya bisa dilakukan kalau kami memiliki platform yang memadai, yaitu solusi BSS dan VAS. Solusi ini juga bisa membantu kami menyingkat waktu dalam meluncurkan produk baru,” tuturnya.
Platform BSS dan VAS yang telah diselesaikan melalui solusi ZTE ini diharapkan bisa memudahkan Smartfren dalam mengelola sistem operasional dan bisnis, terutama dalam penagihan kepada pelanggan.
“Proyek ini memang sangat singkat, kami tidak boleh membuang waktu karena kompetisi seluler di Indonesia sangat ketat. Apalagi Smartfren masih menjadi pemain kecil di industri telekomunikasi, jika dibandingkan dengan operator lain yang sudah beroperasi lebih dulu,” katanya.
Merza mengungkapkan kecepatan penyelesaian proyek ini bisa terwujud karena Smartfren belum membutuhkan sistem berkapasitas sangat besar, mengingat jumlah pelanggan yang tercatat sekitar 7 juta pelanggan.
“Agar kami bisa bersaing dengan operator lain yang lebih besar, kami harus selangkah lebih maju. Tetapi itu hanya bisa dilakukan kalau kami memiliki platform yang memadai, yaitu solusi BSS dan VAS. Solusi ini juga bisa membantu kami menyingkat waktu dalam meluncurkan produk baru,” tuturnya.
[http://www.bisnis.com/infrastruktur/telekomunikasi/29171-migrasi-sistem-smart-telecom-dan-mobile-8-rampung]
0 komentar:
Posting Komentar