PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) menerbitkan surat utang baru. Perusahaan telekomunikasi itu, Selasa (18/10), menerbitkan medium term note (MTN) Smartfren senilai Rp 500 miliar.
Melalui pesan singkat, Antony Susilo, Direktur Keuangan FREN, merinci penggunaan hasil utang. "Sebesar 80% untuk melunasi utang. Sisanya untuk operational expenditure dan capital expenditure," kata dia, Rabu (19/10)
Obligasi jangka menengah tersebut memiliki tingkat bunga tetap sebesar 14% per tahun. Dengan masa pembayaran tiap kuartal, MTN tersebut akan jatuh tempo pada 30 November 2012.
Ini merupakan surat utang kedua yang diterbitkan FREN di tahun ini. Semester I lalu, FREN menerbitkan obligasi konversi Rp 2 triliun. Hasil obligasi untuk membiayai kebutuhan operasional, modal kerja, belanja modal serta melunasi utang.
Utang yang dilunasi oleh hasil penjualan obligasi itu adalah commercial paper Rp 1,05 triliun. Melalui refinancing, FREN menghemat biaya bunga dari 16% menjadi 6% per tahun.
Selain utang tersebut, semester satu lalu perusahaan sudah mendapat fasilitas pinjaman dari China Development Bank. Nilai pinjaman mencapai US$ 350 juta.
Hingga akhir September, operator seluler berbasis code division multiple access (CDMA) ini baru mencairkan fasilitas pinjaman tersebut sekitar US$ 100 juta. Rencana pengelola FREN adalah memanfaatkan hingga 50% dari fasilitas pinjaman di akhir tahun ini.
Tergantung utang
Manajemen FREN sebelumnya pernah mengaku, masih bergantung pada utang untuk membiayai kegiatan operasionalnya. Strategi pembiayaan dengan utang itu ditempuh karena FREN masih menanggung rugi.
Sekadar informasi, kerugian sudah terjadi sejak merger Smart Telecom dan Mobile 8 Telecom. Saat itu, masing-masing perusahaan dalam kondisi rugi. Per Juni 2011 saldo defisit FREN mencapai Rp 4,65 triliun.
Jika menilik laporan keuangan FREN per akhir Juni, utang perusahaan mencapai Rp 9,79 triliun. Utang senilai Rp 5,19 triliun merupakan pinjaman yang baru diperoleh di semester 1-2011.
Sementara ekuitas perseroan per akhir semester I-2011 Rp 3,01 triliun. Itu berarti, debt to equity ratio (DER) FREN di semester satu 2011 mencapai 3,25 kali dengan tambahan utang tersebut.
DER FREN memang jauh di atas industri telekomunikasi yang 1,38 kali. Sekadar perbandingan, DER ISAT dan EXCL masing-masing sebesar 1,74 kali dan 1,30 kali. Sedang TLKM dan BTEL masing-masing memiliki DER sebesar 0,81 kali dan 1,50 kali.
Namun FREN masih berencana menambah utang perusahaan di tahun depan, yaitu dengan menerbitkan obligasi konversi bernilai Rp 2,7 triliun. Utang itu dialokasikan untuk membiayai sekitar 10%-20% capex di 2012. Manajemen FREN yakin, bisa mencetak laba kotor di tahun depan.
Arief Fahruri, analis Mega Capital Indonesia menilai, MTN memang ideal untuk kebutuhan jangka pendek seperti operasional. Tapi bunga MTN FREN termasuk tinggi. "Kalau perusahaan bagus, pasti bunganya rendah," kata dia.
Namun, bunga tinggi memang bisa menarik minat investor. Selama utang produktif dan margin FREN bisa di atas 14%, utang tersebut tidak jadi masalah.
Arief bilang, paling mudah menilai kinerja perusahaan dari kinerja sahamnya. Nah, harga FREN tidak bergerak dari Rp 50 per saham. Bisa jadi, investor enggan membeli FREN karena DER emiten itu terbilang tinggi.
[http://investasi.kontan.co.id/v2/read/1319070743/80470/Fren-kembali-terbitkan-surat-utang-baru-]
0 komentar:
Posting Komentar