Di atas kertas, operator boleh saja mengklaim sukses melayani lonjakan trafik seluler sebelum dan sesudah hari Lebaran. Namun kenyataan di lapangan, operator belum sukses menghadapi lonjakan trafik data, khususnya di wilayah Pantai Utara (Pantura).
Jalur Pantura merupakan jalur vital saat Lebaran. Jutaan masyarakat Indonesia melintasi jalur ini untuk mudik. Tradisi mudik yang dilakukan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia ini menjadikan Pantura sebagai perhatian operator penyelenggara telekomunikasi.
Hampir semua operator menjadikan momentum Lebaran sebagai titik uji kualitas serta indikator peningkatan infrastruktur yang akan dilakukan di tahun berikutnya. Kredibilitas operator dipertaruhkan di sini.
Setiap tahunnya sebelum memasuki bulan puasa dan menjelang Lebaran, semua operator menggelar uji kualitas jaringannya di sepanjang Pantura. Biasanya saat uji coba, semuanya akan menunjukan hasil yang memuaskan.
Namun kenyataannya tidak seperti yang ditulis di atas kertas laporan tersebut. Di Tegal, Jateng, misalnya, kota yang menjadi jalur dan tujuan mudik ini akses broadband dari operator tidak seperti yang diklaim.
Akses mobile broadband menggunakan modem ataupun ponsel tersendat-sendat layaknya kondisi lalu lintas arus mudik/balik di Pantura.
Kondisi setali tiga uang juga terjadi dengan koneksi Blackberry. Pengalaman detikINET, sejak H-1 Lebaran hingga H+2, akses data untuk browsing dan jejaring sosial baru terasa lancar di atas jam 00.00 WIB. Blackberry Message lebih tragis lagi, delay mencapai 4 jam saat Lebaran hari pertama.
Hal tersebut berdasarkan pengujian sederhana yang dilakukan oleh detikINET di lokasi yang berjarak 100 meter dari jalur Pantura. Dengan menggunakan perangkat BlackBerry yang berbeda dan menggunakan layanan operator yang berbeda disaat yang bersamaan. Setingan network pun disetel otomatis 2G dan 3G.
Pendapat ini diamini oleh Arief Setyawiyoga, owner sekaligus pengelola Telkomsel Blackberry Community. Kepada detikINET, pria asal Tegal ini mengakui buruknya kualitas layanan data operator di wilayah Pantura.
"Tidak hanya Telkomsel, semuanya (semua operator -red) buruk di sini. Sebelumnya saya dari selatan (jalur Pantai Selatan - red) masih bagus. Tapi begitu masuk Pantura drop semua. Mungkin karena di sini adalah jalur perlintasan dan tujuan mudik maka kapasitasnya overload," katanya.
Boleh saja operator mengharapkan broadband sebagai sumber revenue baru di bisnis telekomunikasi. Tapi dengan kondisi yang belum meratanya infrastruktur jaringan, hanya difokuskan di kota-kota besar saja maka jangan harap broadband bisa menjadi dewa penyelamat dari revenue yang kian tergerus karena perang tarif beberapa tahun ke belakang. Broadband tidak hanya dikonsumsi oleh masyarakat kota.
[http://www.detikinet.com/read/2011/09/04/102545/1715173/328/akses-broadband-operator-keok-di-pantura?i991101105]
0 komentar:
Posting Komentar