Operator telekomunikasi Smartfren menargetkan jumlah pengguna layanannya hingga akhir tahun ini menjadi 10 juta pelanggan, menyusul telah diselesaikannya proyek Business Support System (BSS) dan Value Added Service (VAS).
Proyek BSS dan VAS tersebut merupakan solusi migrasi layanan pascamerger PT Smart Telecom dan PT Mobile-8, yang antara lain ditujukan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas layanan kepada pelanggan.
Chief Technology Officer Smartfren Merza Fachys menyatakan penyelesaian proyek BSS dan VAS tersebut merupakan langkah yang harus ditempuh untuk dapat bersaing dalam industri selular di Indonesia yang sangat ketat.
Menurut dia, untuk bisa bersaing perseroan harus melakukan berbagai efisiensi yang memungkinkan, untuk dapat memberikan layanan yang terbaik dengan harga yang kompetitif, sehingga diminati oleh pelanggan.
Dalam hal ini, platform BSS dan VAS yang telah diselesaikan melalui solusi ZTE tersebut diharapkan bisa memudahkan Smartfren dalam mengelola sistem operasional dan bisnis, terutama pada billing sistem yang terkait dengan penagihan dan pemotongan pulsa pelanggan.
Selain itu, penyelesaian platform BSS dan VAS tersebut juga memungkinkan perseroan untuk dapat merancang suatu sistem layanan dan produk baru bagi pelanggan dengan waktu yang jauh lebih singkat.
“Kompetisi seluler di Indonesia sangat ketat, sehingga untuk bisa bersaing dengan operator lain yang lebih besar, kami harus selangkah lebih maju, dengan platform yang memadai, yaitu solusi BSS dan VAS yang dapat membantu dalam pembuatan produk/layanan baru. Hingga akhir tahun ini kami menargetkan pelanggan di kisaran 10 juta dari saat ini sekitar 7 juta," ujarnya, kemarin.
Sementara itu, dalam mendukung pencapaian target jumlah pelanggan tersebut, Smartfren tercatat telah memiliki sejumlah produk dan layanan baru untuk berbagai kalangan masyarakat, terutama di segmen menengah ke bawah.
Divisi High End Segmen Product Smartfren Joko Sriyono menuturkan perseroan telah memiliki sejumlah produk dan layanan yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan pelanggan dengan harga yang sangat kompetitif.
Untuk pelanggan dengan kebutuhan yang lebih pada aktivitas telepon dan pesan singkat (SMS) perseroan memiliki produk Smartfren Lokal Plus, sedangkan untuk pelanggan dengan kebutuhan yang lebih pada aktivitas sosial seperti chating, FaceBook, dan Twitter perseroan memiliki produk Smartfren Social.
Selain itu, untuk pelanggan dengan kebutuhan koneksi internet cepat dan layanan data perseroan memiliki produk Smartfren Connex, serta sejumlah produk lain seperti Smartfren Android Wide dan Smartfren BlackBerry Service.
"Kami memiliki sejumlah layanan dan produk dengan harga yang sangat kompetitif. Pelanggan tinggal menyeduaikan dengan kebutuhannya. Dengan maraknya aktivitas sosial di masyarakat, kami memiliki Smartfren Social untuk memenuhi kebutuhan itu," katanya.
Adapun, CEO Smartfren Rudolfo Pantoja menyatakan dengan terjadinya merger Smart Telecom dan Mobile-8, perseroan membutuhkan solusi baru dalam mengembangkan produk dan layanan, serta mengelola sistem operasional, terutama terkait dengan billing sistem secara terintegrasi.
Dalam pelaksanaan proyek itu Smartfren menunjuk ZTE untuk membantu penggabungan layanan dan pelanggan melalui platform BSS dan VAS. Solusi BSS dari ZTE sendiri termasuk OCS, CRM, layanan prabayar dan pascabayar terintegrasi.
Setelah menandatangani kerjasama pada Juni 2010, ZTE dan Smartfren mulai melakukan migrasi layanan dan pelanggan, yang diselesaikan pada 10 Oktober 2010, sedangkan migrasi jaringan Mobile-8 dilakukan pada 20 Desember.
Secara keseluruhan proyek ini dirampungkan dalam kurun 12 bulan, di mana waktu tersebut tercatat sangat cepat dalam dunia telekomunikasi, mengingat berbagai kesulitan yang dialami dalam penggabungan dua system yang berbeda.
“Guna memberikan layanan yang lebih efektif dan efisien kepada pelanggan, Smartfren berinisiatif menggabungkan BSS dan VAS antara Smart dan Mobile-8 yang sebelumnya berdiri sendiri. Solusi ini memungkinkan pelanggan kami sekitar 7 juta menikmati layanan dengan kualitas lebih baik,” tuturnya.
Managing Director ZTE Indonesia Chen Jiang menuturkan dalam proyek ini pihaknya berhasil mengatasi berbagai kendala teknis untuk menggabungkan dua sistem yang berbeda menjadi satu.
“ZTE juga telah menciptakan beberapa rekor baru, seperti waktu terpendek dalam penginstalan perangkat, waktu terpendek dalam proses debug atau pengecekan kerusakan sistem dan perangkat, serta waktu terpendek dalam pengujian perangkat,” terangnya.
[http://www.bisnis.com/infrastruktur/telekomunikasi/29240-smartfren-targetkan-10-juta-pelanggan]
0 komentar:
Posting Komentar