Penerapan kebijakan klaster XL dalam pendistribusian pulsa mengakibatkan pedagang multichip atau server pulsa kesulitan mendapatkan stok. Klaster area penjualan XL sangat ketat, dimana kartu yang diisi harus berada satu area dengan kartu dompul (dompet pulsa). Jika pada awalnya pedagang pulsa bebas menjual dan mengisi pulsa ke mana saja, maka dengan adanya sistem klaster wilayah cakupan penjualan jadi semakin sempit. Maka dari itulah stok menjadi semakin dibatasi.
Hal ini ditambah lagi dengan adanya beberapa dealer nakal yang seenaknya menaikkan harga jual dan mempermainkan stok yang ada. Padahal pihak XL telah menetapkan kebijakan untuk menyamakan harga jual ke outlet atau server. Dealer nakal mendapat angin segar karena mereka dapat melakukan monopoli di klaster tersebut (satu klaster dipegang hanya oleh satu dealer). Walaupun banyak juga dealer-dealer yang cukup disiplin dan mematuhi kebijakan harga yang ditetapkan.
Kebijakan klaster XL dirasa merugikan karena membatasi ruang gerak dan usaha pedagang pulsa. Karena pada kenyataannya banyak terjadi perbedaan penerapan di lapangan. Jika kebijakan tersebut masih terus dilakukan bisa jadi puluhan juta agen pulsa pun dapat gulung tikar.
Server pulsa sejatinya sangat banyak digunakan oleh pedagang dengan modal kecil. Dimana mereka dapat menjual banyak produk dengan modal kecil. Dengan adanya klaster dan pembatasan stok ke server, maka pedagang-pedagang kecil ini tidak akan dapat bertahan. Sebagai contoh, dulu dengan modal Rp 50.000 bisa berjualan semua produk, sekarang untuk menjual XL saja membutuhkan modal lebih dari Rp 50.000.
Kesulitan pengusaha server pulsa dalam mendapatkan stok pun berdampak kepada konsumen. Maka dari itulah pedagang pulsa dari berbagai daerah pun menggelar demo serentak dan menolak kebijakan tersebut. Di Malang, Jawa Timur, terjadi penolakan dan aksi spontan yang dilakukan komunitas pedagang pulsa dengan menginstruksikan penggantian chip XL dengan operator lain karena langkanya stok. Daerah-daerah lain seperti Sidoarjo, Jabotabek dan beberapa kota lain pun mengikuti langkah tersebut.
Beberapa pengusaha server telah melakukan boikot dengan cara memasang iklan di surat kabar yang intinya stok XL lebih susah diperoleh karena langka. Pada Jumat, 10 Juni 2011 lalu, beberapa komunitas agen pulsa pun melakukan demo secara serentak dengan membawa kartu perdana XL yang masih tersegel dan membakarnya di halaman kantor. Beberapa daerah yang telah melakukan demo pembakaran ini antara lain Banten, Jabodetabek, Malang dan Sidoarjo.
Pada akhirnya klaster yang terlalu ketat akan membuat pelayanan semakin memburuk, tanpa persaingan dan tanpa pembanding. Bagi pedagang yang pernah bermasalah dengan dealer, pastinya akan susah bergerak, karena akan terus disetir. Dan pada akhirnya tetap pedagang itu sendirilah yang menjadi ujung tombak penjualan produk tersebut. Pedaganglah yang mempertemukan XL dengan pemakainya.
[http://www.techlifemagz.com/article/kebijakan-klaster-xl-mematikan-agen-pulsa]
Hal ini ditambah lagi dengan adanya beberapa dealer nakal yang seenaknya menaikkan harga jual dan mempermainkan stok yang ada. Padahal pihak XL telah menetapkan kebijakan untuk menyamakan harga jual ke outlet atau server. Dealer nakal mendapat angin segar karena mereka dapat melakukan monopoli di klaster tersebut (satu klaster dipegang hanya oleh satu dealer). Walaupun banyak juga dealer-dealer yang cukup disiplin dan mematuhi kebijakan harga yang ditetapkan.
Kebijakan klaster XL dirasa merugikan karena membatasi ruang gerak dan usaha pedagang pulsa. Karena pada kenyataannya banyak terjadi perbedaan penerapan di lapangan. Jika kebijakan tersebut masih terus dilakukan bisa jadi puluhan juta agen pulsa pun dapat gulung tikar.
Server pulsa sejatinya sangat banyak digunakan oleh pedagang dengan modal kecil. Dimana mereka dapat menjual banyak produk dengan modal kecil. Dengan adanya klaster dan pembatasan stok ke server, maka pedagang-pedagang kecil ini tidak akan dapat bertahan. Sebagai contoh, dulu dengan modal Rp 50.000 bisa berjualan semua produk, sekarang untuk menjual XL saja membutuhkan modal lebih dari Rp 50.000.
Kesulitan pengusaha server pulsa dalam mendapatkan stok pun berdampak kepada konsumen. Maka dari itulah pedagang pulsa dari berbagai daerah pun menggelar demo serentak dan menolak kebijakan tersebut. Di Malang, Jawa Timur, terjadi penolakan dan aksi spontan yang dilakukan komunitas pedagang pulsa dengan menginstruksikan penggantian chip XL dengan operator lain karena langkanya stok. Daerah-daerah lain seperti Sidoarjo, Jabotabek dan beberapa kota lain pun mengikuti langkah tersebut.
Beberapa pengusaha server telah melakukan boikot dengan cara memasang iklan di surat kabar yang intinya stok XL lebih susah diperoleh karena langka. Pada Jumat, 10 Juni 2011 lalu, beberapa komunitas agen pulsa pun melakukan demo secara serentak dengan membawa kartu perdana XL yang masih tersegel dan membakarnya di halaman kantor. Beberapa daerah yang telah melakukan demo pembakaran ini antara lain Banten, Jabodetabek, Malang dan Sidoarjo.
Pada akhirnya klaster yang terlalu ketat akan membuat pelayanan semakin memburuk, tanpa persaingan dan tanpa pembanding. Bagi pedagang yang pernah bermasalah dengan dealer, pastinya akan susah bergerak, karena akan terus disetir. Dan pada akhirnya tetap pedagang itu sendirilah yang menjadi ujung tombak penjualan produk tersebut. Pedaganglah yang mempertemukan XL dengan pemakainya.
[http://www.techlifemagz.com/article/kebijakan-klaster-xl-mematikan-agen-pulsa]
0 komentar:
Posting Komentar