Ketika industri seluler diawali pada tahun 1994, ternyata tak semua produsen mengawali dari garis start yang sama. Tercatat Ericsson memulai kiprahnya pada tahun itu dengan merilis ponsel GH 218. Ponsel ini sudah berukuran saku, namun asal tahu saja panjang antenanya nyaris sepanjang bodi ponselnya sendiri. Seri ini masih memakai satu frekuensi GSM, dan memakai konstruksi bar.
Sementara itu Nokia menyusul setahun kemudian dengan merilis seri 2110. Ponsel ini di Indonesia dikenal dengan sebutan Nokia bata, gara-gara bodinya yang besar dan bobotnya pun cukup berat untuk ukuran ponsel saat ini. Beratnya mencapai 236 gram, namun antenanya mungil saja, alias tak sepanjang ericsson GH 218. Nokia 2110 juga bekerja di singleband, pada frekuensi 900 MHz.
Tak mau ketinggalan oleh produsen Swedia dan Finlandia, Siemens pun mulai bisnis produksi ponsel tiga tahun setelah Nokia, pada 1998. Ketika itu pabrikan ini melepas seri C11 yang bobotnya lebih ringan dari Nokia 2110. Tapi setahun sebelumnya dari Perancis, Alcatel lebih dulu mengenalkan produknya kepada dunia. Seri tersebut adalah HC 800. Malah seri ini sudah memakai tombol navigasi empat arah.
Dari Amerika, Motorola memulai pada 1997. Satu seri dirilis dan langsung menggoyang pasar, apa lagi kalau bukan seri StarTAC (seri 75). Model lipat dikenalkan yang memang desainnya begitu disukai oleh konsumen negerinya sendiri. Maka terjadilah "perang" dalam jumlah produk yang memang masih terbatas. Situasinya memang tak setegang saat ini. Di bursa ponsel lokal bahkan hanya dikenal tiga brand; Nokia, Ericsson, dan Siemens. Sementara Motorola dan Alcatel ikut meramaikan pada babak berikutnya.
Lantas bagaimana dengan produsen asal Asia seperti Samsung dan LG Mobile?
Dua brand ini baru berkecimpung pada tahun 2000. Pada saat itu dua raksasa Korea ini masih menawarkan ponsel yang lebih kurang setara dengan produksi produsen asal Eropa dan Amerika di kurun akhir 90-an.
Bahkan di tahun 2000, Nokia telah menyiapkan ponsel Communicator generasi pertama. Produk LG Mobile bahkan terhitung rada ketinggalan zaman. LG 200 masih bermodel bar, walaupun telah mengenalkan dual band (900 MHz dan 1800 MHz). Sedangkan Samsung lebih berani dengan menciptakan ponsel lipat, seri SGH 810, walaupun desainnya mengingatkan pada Motorola StarTAC. Namun sebetulnya Samsung telah memulai debutnya pada setahun sebelumnya seperti seri SGH 2100 yang juga mengacu pad adesain ponsel Ericsson GF 337 yang menggunakan flip penutup pada tombol keypad.
Sekarang, brand ponsel tercatat sekitar 70-an nama. Ini belum tercatat brand ponsel buatan China maupun brand lokal yang dibikin di China. Yang tentu saja agresifitasnya kadang lebih edan ketimbang brand eksis. Menurut International Telecommunication Union (ITU) jumlah ponsel di seluruh dunia telah mencapai 4,6 milyar (hingga Februari silam).
Serunya, Samsung meskipun datang setelah kiprah brand Eropa dan Amerika mengawali start, justru yang paling banyak memproduksi ponsel GSM. Memang tak semua mampir ke Indonesia. Nokia bahkan hanya separuhnya saja. Apalagi jika ditambahkan dengan produk tablet PC yang terdiri dari beragam versi.Begitu pun LG Mobile, juga sedikit lebih banyak seri yang dibikin ketimbang Nokia.
Namun memang jumlah seri yang dibuat tidak berurusan dengan jumlah ponsel yang laku terjual. Buktinya produk Apple berupa iPhone dan iPad yang totalnya baru mencapai 10 seri termasuk lima besar di dunia. Sementara BlackBerry yang baru merilis 58 seri (termasuk PlayBook) pun sama.
Berikut ini daftar brand yang memiliki koleksi seri ponsel (termasuk tablet PC) terbanyak, khususnya seri GSM;
1. Samsung ...... 652 seri
2. LG Mobile.....359 seri
3. Nokia....332 seri
4. Motorola.....325 seri
5. Alcatel...186 seri
6. Sony Ericsson ..... 185 seri (tidak termasuk Ericsson)
7. Philips.....156 seri
8.Sagem....112 seri
9. HTC......101 seri
10. Siemens....94 seri (tidak termasuk BenQ-Siemens)
[http://tekno.kompas.com/read/2011/07/28/14153935/Samsung.Bertahta.Punya.600.Seri.Lebih]
0 komentar:
Posting Komentar